WARTAWAN KANTOR BERITA ONLINE KABAR65NEWS.COM DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK DILENGKAPI DENGAN KARTU PERS RESMI DAN NAMANYA TERDAFTAR DIBOX REDAKSI

Kabar65News

Menembus Peradaban

Warga Singkup dan Kendawangan Digigit Ular Untub, Ini Kata dokter Tri Maharani Advisor WHO

MADIUN – Seperti disampaikan Eka Tri Prasetiya selaku Penasihat Komunitas Reptile Word Tanjungpura, kepada media ini, Rabu (13/09/2017) pagi bahwa tidak seharusnya Ular Untub itu berada di Kecamatan Singkup dan Kendawangan, Ketapang, Kalbar, sebab persebaran ular ini hanya ada di Vietnam, Thailand dan Malaysia, sementara untuk di Indonesia adanya di Jawa Barat.

Berkenaan dengan Ular Untub ini LKBK65, Rabu (13/09/2017) sore berhasil menghubungi dokter Tri Maharani Advisor WHO Snakebite Indonesia yang juga Kepala IGD Rumah Sakit Dungus Madiun, Jawa Timur, melalui telpon genggamnya menyatakan bahwa menurut Prof Indraneil dari Unimas Serawak, Ahli Herpetologi Asia, Ular Untub ( Caloselesma Rhodostoma ) tidak ada di Kalimantan, apalagi di Kalbar.

“Dan saya sendiri meneliti kasus Untub ini sebenarnya memnag sebuah fenomena yang harus dipelajari dan diteliti. Hasil penelitian beberapa kawan saya memang belum jadi dimana kami mencek DNA ular ular untub di Kecamatan Kendawangan dan sekitarnya, tetapi dari pasien yang begitu banyak digigit untub saya mendapati sebuah sign simptom yang sangat mirip dengan hemotoxin yang disebabkan caloselesma rhodostoma di Jawa”, ungkap dokter Tri Maharni dari ujung telpon genggamnya.

Selanjutnya ungkap dokter Tri, bahwa di Jawa pasien gigitan Ular Untub ini sangat banyak, “saya dapat hampir setiap minggu di RS Dungus, Madiun, konsulan dari Ponorogo, Ngawi, Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Jogja, Jepara, Serang, Pandeglang, Banten, dan sebagainya, kasusnya buanyak”,kata dokter Tri.

Lanjut dokter Tri, bahwa hemotoxin menyebabkan adanya masalah terjadinya spontan bleeding, mimisan, muntah darah, berak darah, perpanjangan faal hemostasis ketika diperiksa laboratorium aptt, ptt,inr.

“Nah di Ketapang dan Kecamatan Kendawangan saya sudah hampir 8 kali melihat ke sana, mulai daerah Ketapang, kendawangan, Putusibau, Puring, Sintang dan Pontianak. Memnag dari wawancara beberapa teman dokter Puskesmas atau Rumah Sakit, saya mendapat informasi memang ular jenis Untub atau Caloselesma baru muncul saat tahun 80 – 90 an awal mula dibukanya beberapa hutan heterogen menjadi hutan homogen perkebunan kelapa sawit”,terang dokter Tri.

Menurut dokter Tri Maharani, beberapa bulan lalu dirinya dikabari beberapa dokter di Kalbar tentang gigitan ular yang meningkat dan dia ke sana memenuhi undangan mereka, juga beberapa komunitas memintanya share cara penanganan awal gigitan untub.

“Saat saya ke salah satu Puskesmas bulan April lalu sempat menolong sendiri pasien untub bersama dokter di Puskesmas itu, jadi pasien tersebut mengalami pembengkakan, adanya blister, penurunan trombosit dan dengan cek 20 wbct darah tidak menggumpal lagi, artinya sudah terjadi peningkatan faal hemostasis darah atau coagulopathi”, kata dokter Tri.

Jadi lanjut dokter Tri, bahwa pertambahan banyak populasi nya sekitar tahun 90 an dan menurut beberapa sumber yang diwawancarainya, mereka memang melihat peningkatan kasus ini dimana banyak orang tergigit Untub.

“Saya berhipotesa bahwa ini introduced species dan beberaoa guru saya, dokter Khaldun Ismael President Malaysia Toksinologi dan juga  Prof. Indraneil sebagai herpetologi asia setuju dengan apa yang saya temukan ini, tapi pembuktiannya memnag masih menunggu team herpetologi dari S2 Biologi Univ Brawijaya membuktikannya dalam laboratorium uji DNA nya”, kata dokter Tri.

Selanjutnya kata dokter Tri, tikus yang sangat banyak menjadi makanan yang luar biasa bagi untub ini, sehingga ada juga yang berukuran sangat jumbo, “salah satu teman saya menunjukkan gambar untub berukuran 3-5 x lipat dari yang pernah saya lihat di Jawa”,aku Tri.

Kata dokter Tri, dirinya ke Kalbar untuk melakukan training penanganan awal dan manajemen snakebites untub ini mulai April sampai bulan Agustus kemarin, dan hasilnya bagus di beberapa klinik dan Rumah Sakit,  gigitan untub sudah bisa teratasi dengan menggunakan first aid imobilisasi dan juga rapid proximak progresif test yaitu melakukan pengukuran pembengkakan agar bisa melihat penyebaran venomnya dan segera memberikan antibisa ular biosave yang mengcover caloselesma setelah masuk fase sistemik hasilya angka kematian dan kecacatan serta menjadi fase sistemuk dapat ditekan.

“Bahkan kami sedang merencanakan sebuah plan panjang masalah untub ini dengan mengembangkan pelatihan awam first aid agar jika digigit untub tetap fase lokal nggak jadi sistemik terjadinya penurunan trombosit”,ujar dokter Tri.

Dijelaskan dokter Tri Maharani, bahwa di Ketapang dan Kendawangan kira kira tiap bulannya sekitar 20 – 30 gigitan Untub, “jadi lumayan lho 1 hari sekali ini yang terlapor disaya meski mungkin yang masuk di Rumah Sakit tidak banyak”, tukas dokter Tri Maharani.***(Halim Anwar/K65News).

Gambar : dokter Tri Maharani Advisor WHO Snakebite Indonesia yang juga Kepala IGD Rumah Sakit Dungus Madiun, Jawa Timur..***(Ist).

_______

“MENGUTIP SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI PORTAL INI HARUS SEIZIN REDAKSI. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG”

_____

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *