WARTAWAN KANTOR BERITA ONLINE KABAR65NEWS.COM DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK DILENGKAPI DENGAN KARTU PERS RESMI DAN NAMANYA TERDAFTAR DIBOX REDAKSI

Kabar65News

Menembus Peradaban

“Indonesia-China Target Medan Perang Hoax Amerika,Setelah Timur Tengah”

Oleh : Chandra Kirana

HOAX telah menghancurkan bangsa Timur tengah dan pemimpinnya. Karena itu, hati-hati terhadap setiap informasi yang diterima.

Kabar bohong kembali bangkit  di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada hakikatnya, berita palsu yang marak di media-media sosial saat ini tidak berbeda dengan propaganda hitam yang disebar untuk memicu perang dan kebencian pada abad silam. Fenomena itu mengandalkan jumlah massa untuk membumikan sebuah kebohongan.

Karena semakin banyak yang percaya, semakin nyata juga sebuah berita seringkali tanpa disadari turut menyebarkan Hoax melalui pemberitaan-pemberitaan yang semakin membuat Hoax itu dipercaya dan terlihat menjadi sebuah fakta dan nyata.

Kalau ingin melihat bagaimana fenomena hoaks mempengaruhi perkembangan sebuah negara secara gamblang, lihatlah Amerika Serikat, negara demokrasi pertama yang menjunjung tinggi kebebasan pers dalam konstitusinya. Selama masa-masa Revolusi Amerika, para pemimpin revolusioner seperti Samuel Adams, Paul Revere, William Livingston, dan Benjamin Franklin adalah para propagandis ulung yang bertanggung jawab dalam memanipulasi publik Amerika untuk menyikapi kekuasaan Inggris secara ekstreem dan radikal.

Propaganda-propaganda tersebut yang dicetak di koran-koran, pamflet, dan lain-lain, menjadi gagasan mendasar patriotisme rakyat Amerika masa revolusi, bahkan sampai sekarang. Franklin pernah mengatakan bahwa untuk ukuran sebuah institusi yang berpengaruh besar terhadap masyarakat, syarat yang diperlukan untuk mereka yang ingin memasuki ranah jurnalisme tergolong rendah, para calon pegiat jurnalistik tidak harus memiliki “kemampuan, integritas, dan pengetahuan” khusus.

Menurutnya lagi, di bawah pengaruh kelompok tertentu, definisi “kebebasan pers” dapat berubah menjadi “kebebasan untuk menghina, memfitnah, dan melecehkan orang lain”. Penerawangan Franklin benar. Tak lama ketika Amerika akhirnya memahami kekuatan pers dalam membentuk opini publik, orang-orang ramai mengeksploitasi pers untuk menebar hoaks.

Contoh yang terjadi di Indonesia terutama dalam 5 tahun terakhir ini,dimana bermunculan media yang secara masif memberitakan berita-berita provokasi dan nyatanya HOAX dari orang-orang yang sering mengatas namakan agama untuk membenarkan pelanggaran aturan,Konstitusi bahkan Pancasila dan UUD 1945. Berita-berita yang tidak bermutuh dan tidak ada manfaatnya bagi masyarakat justru menjadi trending topic yang digoreng demikian rupa,sehingga kebohongan yang diberitakan semakin diyakini sebagai hal yang valid oleh masyarakat awam,dan hanya dapat disadari oleh segelintir masyarakat yang lebih cerdas dan kemudian mencari bukti untuk mematahkan hoax-hoax yang tersebar tersebut.

Salah satunya,  contoh juga perihal hoaks yang sangat klasik, yaitu ketika Franklin sendiri mencetak berita palsu tentang pembantaian penduduk Amerika di perbatasan New York pada 1782. Dalam berita yang dipublikasikan koran The Independent Chronicle , dilaporkan bahwa sekelompok orang-orang Indian, yang diperintahkan oleh tentara Inggris, telah mengumpulkan 700 kulit kepala orang-orang Amerika, termasuk perempuan dan anak-anak, untuk diserahkan kepada raja Inggris.

Dampaknya dari hoax tersebut, selain berhasil menjatuhkan prestise Inggris di Eropa, juga meyakinkan masyarakat Amerika untuk menolak integrasi orang-orang Indian ke dalam negaranya. Sama seperti hoax yang diciptakan di Indonesia yang terfokus penyerangan kepada pemerintah yang dikuasai oleh Asing, aseng dan kebangkitan PKI melalui pemerintahan Jokowi,dimana sasaran utamanya untuk membangkitkan sentiment terhadap Masyarakat Tionghua diIndonesia melalui Sasaran tembak kepada China/Tiongkok dengan gorengan tentang adanya upaya China menjajah Indonesia dengan kekuatan militer yang menyamar sebagai tenaga kerja yang ingin menanamkan paham komunisnya dan Presiden Jokowi sampai disebut sebagai Kacung China dan keturunan PKI,melalui fitnahan/Hoax yang sama sekali tidak lagi mengindahkan lagi norma-norma hukum yang berlaku terhadap penghormatan kepada seorang Presiden dan kepala Negara.

Pemilihan Presiden Amerika tahun 1800 dianggap begitu berkesan karena kedua kandidatnya, John Adams dan Thomas Jefferson, saling menebar hoaks secara terbuka di koran-koran. Hal serupa juga terjadi tahun 1828 antara kandidat John Quincy Adams dan Andrew Jackson. Adams diserang rumor bahwa dirinya pernah menawarkan seorang pelacur Amerika kepada Tsar Rusia kala ia menjadi duta besar Amerika di sana. Pendukung Adams membalas dengan menyebarkan rumor yang menyebut Jackson sebagai “perebut istri orang”.

DiIndonesia Hoax digunakan untuk menjegal langkah Jokowi dalam pemilihan presiden terutama pemilihan periode kedua,hoax dengan manipulasi tentang agama dan fitnahan yang ditujukan kepada Jokowi menjadikan masyarakat Indonesia seakan melakukan pemilihan presiden dimedan peperangan,berbagai issue hoax diciptakan dan digoreng sedemikian rupa melalui berbagai kampanye hitam serta berbagai intimidasi terhadap para pendukung Jokowi,baik dari oknum ormas tertentu maupun oleh Manipulator agama secara ekstrem.

Amerika sadar bahwa hoaks sangat ampuh untuk melegitimasi kebijakan politik luar negerinya. Sebut saja dalam kasus Insiden Teluk Tonkin tahun 1964. Pemerintah Amerika mengklaim tanpa dasar bahwa kapal-kapalnya diserang oleh angkatan laut Vietnam Utara dan sebagai balasannya mereka memutuskan untuk mengirimkan angkatan perangnya, memulai Perang Amerika di Vietnam. Hal demikian hampir terjadi pada Papua dan masalah Papua sempat memanas yang dikarena hoax dan tentunya dapat dibaca secara gambling dan kasat mata keberadaan amerika dan Inggris dibalik kerusuhan yang terjadi Papua,mengingat Benny Wenda yang dikatakan sebagai provokator dibalik rusuh Papua adalah orang Papua yang telah menjadi warganegara inggris,dengan didukung oleh Negara kecil Vanuatu yang menjadi salah satu penghasil uranium dan sekutu dari Inggris,sementara keterlibatan Papua sudah jelas karena sakit hati harta kekayaannya difreeport dikuasai kembali oleh Indonesia.

Pada saat George Bush menciptakan hoax guna meyakinkan rakyat Amerika untuk menghentikan program senjata pemusnah massal Irak. Akan tetapi, setelah meporak-porandakan Irak dan mengeksekusi Saddam Hussein,kerabat dan anak-anak pemimpin Irak tersebut, senjata massal yang dikatakan George Bush tidak pernah ditemukan. Sama Halnya hoax yang diciptakan terhadap China tentang penindasan terhadap Muslim Uygur diChina,sehingga untuk membuat issue tersebut terlihat nyata,maka diciptakan sebuah skenario mengenai dokumen rahasia yang bocor,serta membuat laporan melalui organisasi boneka propaganda amerika guna melaporkan kepada kemanusiaan PBB bahwa China telah melakukan pembantaian terhadap Muslim Uygur,selain itu seperti biasanya taktik hoax juga diciptakan melalui pemberitaan media asing yang mengatakan bahwa Ormas Islam terbesar seperti NU dan Muhammadiyah   disuap oleh pemerintah China sehingga diam melihat penidasan keji yang dilakukan terhadap Muslim uygur. Dimedia social para Buzzer disiapkan secara berantai menyerang Nu dan Muhammadiyah dengan berbagai nada provokatif dan penghinaan terhadap dua Oramas Islam tertua dan terbesar di Indonesia tersebut.

Foto-foto teatrikal dan berbagai peristiwa yang tidak ada hubungan dengan Muslim Uygur juga dimunculkan secara berantai dengan narasi provokasi bahwa foto tersebut adalah foto-foto penyiksaan yang dilakukan oleh aparat China terhadap Muslim Uygur,padahal semua foto tidak ada satupun yang dapat membuktikan sesuai dengan narasi yang diciptakan melalui mesin pelacak dan pencari digoogle.

Amerika memang piawai dan sangat hebat dibidang hoax,kekalahannya dalam menekan China melalui perang dagang,Indonesia ingin dijadikan sebagai gelanggang untuk melawan perang dagang dengan China,sekaligus untuk membalas sakit hati terhadap pemerintahan Jokowi yang dianggap kurang ajar karena Selain Freeport Jokowi juga telah mengambil kembali perusahaan-perusaha raksasa yang sejak pemerintahan soeharto dikuasai oleh amerika,dan perusahaan tersebut:

  1. PT Chevron Pacific

PT Chevron adalah salah satu perusahaan energi terbesar dunia asal Amerika Serikat. Chevron telah aktif di 180 negara termasuk Indonesia. Di Indonesia, Chevron mengelola tambang panas bumi untuk dijadikan sebagai sumber energi. Salah satu lokasi terbesarnya di Indonesia terletak di Gunung Salak, Jawa Barat.

Banyaknya gunung api aktif di Indonesia membuat Indonesia berpotensi memiliki sumber geothermal atau panas bumi yang melimpah. Geothermal ini kemudian bisa dijadikan sebagai sumber energi listrik dalam jumlah yang sangat besar.

  1. PT Newmont

PT Newmont adalah perusahaan asal Colorado yang mengeksplorasi tambang emas dan tembaga do kawasan NTT dan NTP. Perusahaan anak cabangnya yang bernama PT Newmont Nusa Tenggara melakukan operasi pertambangan di tambang Batu Hijau, Pulau Sumbawa

Setiap tahunnya, Newmont bisa menghasilkan emas mencapai 200-300 ribu ons per tahun. Tapi sayang, sama seperti Freeport, perusahaan ini kurang mengayomi masyarakat di sekitar daerah pertambangan tersebut dalam hal dampak limbah atau wacana menyerap tenaga kerja sekitar. Kontrak perusahaan ini masih akan berlanjut hingga tahun 2038 nanti

  1. ConocoPhillips

Conoco Phillips adalah perusahaan energi asal Amerika Serikat yang bergerak dalam skala internasional dan merupakan perusahaan pengilang minyak terbesar kedua di negara tersebut. Kantor pusat ConocoPhillips terletak di Huston, Texas, namun perusahaan tersebut beroperasi di lebih dari 40 negara dan salah satunya adalah Indonesia.

Di Indonesia, ConocoPhillips mengelola tambang minyak bumi di Riau, Sumatera Selatan, dan Jambi. Kepulauan Riau mampu menghasilkan 61.575 barrel minyak per harinya. Sedangkan Sumatera Selatan menghasilkan 41.057 barrel per hri dan Jambi menghasilkan 19.506 barrel per hari.

Harapannya hoax yang diciptakan melalui Indonesia dapat dipermudah dan dipersingkat menghancurkan Indonesia maupun China sekaligus,ibarat sekali tepuk dua lalat.

Indonesia dan China bukan lalat yang bisa ditepuk dengan mudah,Indonesia dan China adalah lebah dimana saat ditepuk akan menyengat dengan sengatannya. Keberadaan masyarakat nasionalis telah mematahkan hoax saat Pilpres dan dalam sejarah didunia hoax Pilpres dikalahkan di Indonesia,sementara Negara-negara lain pilpres sering dimenangkan melalui perang hoax,termasuk amerika sendiri.

Keberhasilan hoax amerika menghancurkan Negara-negara ditimur tengah melalui boneka-boneka ciptaannya yang amerika sebut Teroris,ingin diulang diIndoenesia sebagai perang baru,dan China dijadikan sebagai bahan pemicu perang yang ingin dilakukan oleh amerika,karena China adalah penghalang terbesar kedua bagi Negara-negara barat seperti amerika untuk menindas dan mencaplok kekayaan Negara-negara kecil,selain Rusia.

Jadi Jangan biarkan hoax menghancurkan Indonesia,karena bukan saatnya lagi harus jadi silent Majority,namun harus menjadi power country Majority,agar kita tidak menjadi orang yang “BODOH SUDAH LEWAT PINTAR BELUM SAMPAI”.***(r/k65news).

Editor   : Adjie Saputra

_______________

“MENGUTIP SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI PORTAL INI HARUS MENDAPAT IZIN TERTULIS DARI REDAKSI, HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG”

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *