WARTAWAN KANTOR BERITA ONLINE KABAR65NEWS.COM DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK DILENGKAPI DENGAN KARTU PERS RESMI DAN NAMANYA TERDAFTAR DIBOX REDAKSI

Kabar65News

Menembus Peradaban

Ornamen dan Simbol China Dibongkar ? Chandra Kirana : Jangan Campur Aduk Substansi Budaya dengan Politik

JAKARTA – Pernyataan politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Bangka Belitung Amri Cahyadi di media online lokal yang meminta ornamen dan simbol China dibongkar menimbulkan pro kontra di masyarakat. Meski statemennya viral, Amri membantah disebut anti China.

Wakil Ketua DPRD Bangka Belitung itu mengaku ada kekhawatiran dimana akan ada pencaplokan budaya yang membuat budaya asli Bangka Belitung tenggelam jika persoalan tersebut tidak diperhatikan.

“Jangan sampai kondisi ini membuat kita abai. Penjajahan modern bukan hanya fisik wilayah. Tapi juga pencaplokan budaya. Khawatir budaya kita tenggelam seiring dengan berjalannya waktu,” kata Amri.

Amri menuturkan perlu ada regulasi yang mengatur dan mengontrol penempatan ornamen budaya luar di aset atau objek wisata yang izinnya diberikan kepada investor agar budaya lokal tidak tergerus budaya luar.

Menanggapi hal ini, Selasa (14/1/2020) Mantan Sekjen Majelis Adat Budaya Tionghoa Indonesia/MABTIndonesia, Chandra Kirana menanggapinya dan mengatakan “Sebenarnya hal ini awalnya tidak mau saya tanggapi,kalau tidak menjadi pemberitaan Nasional dan menjadi isue yang hangat dibicarakan, bagi saya bukan subtansinya yang membuat apa yang disampaikan oleh politisi PPP tersebut soal ornamen Chinanya yang jadi masalah, namun narasinya yang mengatakan “pencaplokan budaya” dan “Penjajahan budaya diera Modern”. Masalah Indonesia dijajah Budaya asing kenapa harus China saja?, apalagi statemen ini muncul setelah adanya pemberitaan yang berhubungan dengan masalah Zona Ekonomi Eklusif di pulau Natuna.

“Harusnya si Amri itu bisa memisahkan substansi statemennya dan jangan dicampur aduk menunjukkan kedangkalan pemahaman suatu permasalahan yang terjadi. Jangan mengeluarkan Stetemen yang dapat menimbulkan permasalahan SARA,mengenai ornamen seharusnya mencontoh Singkawang dimana semua Ornamen suku-suku terbesar seperti Dayak,Melayu dan Tionghua dimunculkan sebagai daya tarik simbol wisata kerukunan,” kata Chandra.

Chandra kemudian melanjutkan, jangan menyalahkan Ornamennya, seharusnya yang disalahkan adalah pemerintah daerahnya yang tidak bisa memunculkan nilai jual dari keberagaman budaya yang ada. Sebagai wakil rakyat seharus memikirkan hal tersebut bagaimana caranya agar budaya satu sama lain dapat dijadikan potensi pemersatu yang menjadi nilai jual, bukan hanya mengeluarkan statemen dengan narasi yang negatif,kata Chandra.

“Cobalah baca sejarah dan lakukan pengamatan dengan lebih Cerdas tentang budaya yang ada diIndonesia saat ini, dimana dalam kehidupan sehari-hari pakaian,nama makanan dan sebagainya apakah tidak ada yang dinominasi dengan budaya China??” ujar Chandra.

Chandra menuturkan bahwa, Cuma satu hal yang harus dibedakan antara China dan Tionghoa, dimana China itu adalah mereka yang Warga Negara Asing bagi Indonesia dan yang berasal dan berwarga negara China. Sehingga jangan dengan alasan China tapi sebenarnya yang menjadi target adalah masyarakat Tionghoa yang merupakan Warga Negara Indonesia yang secara turun temurun menjadi bagian dari nusantara sampai NKRI. Budaya Tionghoa adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia didalam rangka Bhinneka Tunggal Ika satu dalam perbedaan. Maju dan mundurnya suatu budaya dalam suatu suku bangsa bukan menonjolkan iri dan kecemburuan melalui statemen narasi yang dapat memunculkan konflik,tapi bagaimana komitmen suku bangsa itu sendiri untuk menjaga dan bangga terhadap budayanya sebagai identitas dalam menjaga nilai-nilai luhur nenek moyang mereka. Coba lakukan intropeksi pada diri masing-masing,kenapa hal demikian bisa terjadi.

Budaya Tionghoa yang merupakan peninggalan dari para nenek moyangnya yang berasal dari China yang sudah ada di Indonesia sejak nusantara ribuan tahun,merupakan identitas dan kebanggaan masyarakat Tionghoa Indonesia didalam menjaga Budaya nenek Moyangnya, dan masyarakat Tionghoa tidak pernah risih dan terganggu dengan keberadaan Budaya-budaya suku lain, karena menurut prinsip orang-orang Tionghoa,yang dapat merusak itu bukan orang lain dengan berbagai budayanya melainkan diri sendiri.

Inilah wajah-wajah negeri kita, sulit sekali dapat kita dapatkan seorang negarawan dari politisi,karena dari Politisi hanya melahirkan politikus-politikus yang menjadi perbedaan sebagai ketakutan dan ancaman yang digoreng untuk kepentingan politik, berbeda dengan seorang negarawan yang akan gunakan kekuatan politik untuk menyatukan berbagai perbedaan sebagai potensi kekuatan untuk kepentingan dan kemajuan suatu negara.

Negara tidak membutuhkan orang yang bodohnya sudah lewat pintar belum sampai, namun memerlukan orang bodoh yang mampu belajar untuk menjadikan dirinya pintar dan memahami makna nilai-nilai inovatif persatuan secara unirversal bukan sekedar ilusi fiksi yang menjadi asumsi tanpa adanya dasar hukum dalam mengeluarkan statemen dan wacana yang berpotensi memicu konflik dengan sensitifitas masyarakat Indonesia saat ini, seharusnya berbicara dengan dasar UU Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis,karena apa yang disampaikan oleh Amri sudah jelas potensinya terhadap UU tersebut.

“Kalau alasan dengan Investor itu tidak ada korelasinya dengan budaya, korelasinya adalah terlalu mudahnya warganegara China karena Bebas visa yang pemerintah China lakukan,sehingga potensi terjadi pelanggaran hukum dan kriminalitas yang dilakukan oleh warga China yang masuk di Indonesia yang seringkali kita baca dimedia akhir-akhir ini, dari penipuan sampai kejahatan cyber, dan mereka bukan investor karena masuk keIndonesia melakukan bisnis ilegal. Kebijakan pemberian bebas Visa terhadap Warga China masuk ke Indonesia ini yang harus ditinjau ulang,karena warganegara Indonesia masuk ke Negara China saja masih harus proses permohonan Visa tidak seperti halnya kita masuk Vietnam, Thailand, Singapore dan Malaysia, selain timbal balik juga untuk mencegah pelaku kriminal dari China masuk Indonesia melakukan Kriminal yang menimbulkan efek negatif terhadap investor-investor yang melakukan bisnis legal di Indonesia” kata Chandra mengakhiri.***(r/k65news).

Editor  : Adjie Saputra

_______________

“MENGUTIP SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI PORTAL INI HARUS MENDAPAT IZIN TERTULIS DARI REDAKSI, HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG”

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *